Senin, 30 Desember 2013

Belajar Jadi Pemimpin

Dalam berbagai litelatur, terdapat banyak sekali definisi tentang pemimpin. Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu, menjelaskan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Artinya, seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki kelebihan tersendiri. Bisa saja pemimpin memiliki kelebihan berupa intuisi dan visi yang jauh ke depan. Bisa juga pemimpin memiliki kelebihan berupa semangat kerja dan disiplin yang tinggi, jauh melebihi bawahannya. Pada intinya, pemimpin memiliki kemampuan yang lebih, meskipun hanya satu klik di atas bawahannya.
Pemimpin memiliki beberapa sifat sebagaimana disebutkan oleh Terry dalam Kartono (2006, 47) sebagai berikut,
  1. Kekuatan, yaitu kekuatan badaniah dan rohaniah, yang merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak teratur, dan di tengah situasi yang tidak menentu.
  2. Stabilitas emosi, artinya tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak secara emosional.
  3. Pengetahuan tentang relasi insani, dapat memajukan dan mengembangkan semua bakat serta potensi anak buahnya.
  4. Kejujuran, termasuk kejujuran terhadap diri sendiri dan pada orang lain.
  5. Obyektif, bahwa segala pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih. Mencari bukti-bukti nyata, dan sebab segala kejadian.
  6. Dorongan pribadi, keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin muncul dari dalam hati sanubari sendiri.
  7. Keterampilan berkomunikasi, mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar dan mudah memahami maksud anggotanya.
  8. Kemampuan mengajar, dapat menjadi guru yang baik. Agar para pengikutnya bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan partisipasinya.
Pada dasarnya, menurut penulis setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pemimpin. Namun pun demikian, setiap orang belum tentu layak untuk menjadi seorang pemimpin.
Kenapa?
Ya. Tentu saja karena kemampuan dasar yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Setiap orang memiliki kesempatan, tapi belum tentu layak. Artinya adalah setiap orang yang ingin menjadi pemimpin dan ingin pantas menjadi pemimpin, sudah seharusnya memantaskan diri menjadi seorang pemimpin. Memantaskan diri, dalam hal ini dipahami sebagai upaya untuk memenuhi segala prasyarat untuk menjadi pemimpin.
Sederhana,
Ya, memang sederhana sebenarnya. Ketika disebutkan terdapat kriteria dasar menjadi pemimpin, seperti keterampilan berkomunikasi, maka bila seseorang ingin menjadi pemimpin ideal, sudah tentu dia harus belajar untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
Bila dikatakan bahwa pemimpin harus pandai mengatur stabilitas emosinya, sudah hal yang normal ketika seseorang ingin menjadi pemimpin besar, dia harus mampu mengontrol emosinya. Dan ketika seorang pemimpin harus disertai kejujuran, sudah tentu dia harus menjadikan kejujuran sebagai nafas hidupnya.
Sulit, mungkin ya.
Tapi bukan tidak bisa.
Setiap manusia diberi peluang yang sama. Waktu yang sama. Akal yang sama. Ketika ada seorang pemimpin besar, maka sangat mungkin kita bisa menjadi pemimpin besar. Minimal, menjadi pemimpin besar, untuk lingkup paling sederhana yang bisa kita gapai.
***
setiap manusia adalah pemimpin; pemimpin negara, pemimpin masyarakat, pemimpin perusahaan, pemimpin suatu komunitas, pemimpin keluarga, dan minimal pemimpin bagi dirinya sendiri
Leadership is a matter of intelligence, trustworthiness, humaneness, courage, and discipline.
Sumber:
Kartono, Kartini. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
http://ppsdms.org/index.php/artikel/495-bekal-seorang-pemimpin
edukasi.kompasiana.com
Misbakhul.ulum29@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar